Humor Santri
Dua santri di salah satu pesantren di Yogyakarta sedang menikmati makanan khas Surabaya, rujak yang diracik secara mandiri. Aroma cabai begitu menyengat, fantasi rasa super pedasnya pun melambai-lambai di batang hidung.
Sebut saja Sabiq dan Burhan. Rujak dinikmati dan air es sudah disiapkan untuk menetralkan suasana.
Sabiq: Bismillahirrahmanirrahim, allahumma bâriklana fîmâ razaqtanâ, waqinâ adzâban-nâr.
Lalu, hleebb… Sejumlah potongan buah dalam rujak pun dilahap Sabiq. Tak merapalkan doa dipercaya sama saja dengan mengizinkan setan-setan ikut nimbrung makan.
Burhan: Kang, kenapa sampean kok baca doanya di awal?
Sabiq: Lho, memang kenapa? Kan Kanjeng Nabi meneladankan demikian. Berdoa sebelum makan.
Burhan: Makan itu ada triknya. Makan rujak pedas begini, tepatnya doa tidak di awal tapi di akhir pas mau minum.
Sabiq pun semakin bingung, lalu bertanya, "Lha kok bisa begitu?"
Burhan: Iya, supaya setannya kepedesan, Kang. Sebab, habis makan pedas tapi gak dikasih minum.
Sabiq: Owwh, jadi gitu. Yo wes, tak ralat doaku kang nek ngono.
Burhan: %$#@#$&
Tidak ada komentar:
Posting Komentar